Inhil -'Pertempuran Ambarawa berawal ketika pasukan sekutu di bawah pimpinan Brigjen Bethel mendarat di Semarang pada tanggal 20 Oktober 1945. Dalam perjalanannya menuju Magelang dan Ambarawa itu, pasukan sekutu membuat kerusuhan. Masyarakat Indonesia pun memblokade dan menyerang mereka.
Pada 2 November 1945, Sukarno dan Brigjen Bethel melakukan perundingan gencatan senjata. Namun sekutu mengingkari perjanjian itu sehingga pecahlah pertempuran 20 November 1945 yang menjalar ke dalam kota pada 22 November 1945.
Bala tentara sekutu melakukan pemboman ke pedalaman Ambarawa untuk mengancam kedudukan TKR. Pada 26 November 1945 terjadi pertempuran yang menewaskan Kolonel Isdiman yang digantikan oleh Kolonel Soedirman.
Tewasnya Kolonel Isdiman mendorong rakyat dan TKR gencar melakukan serangan balik. Di bawah pimpinan Kolonel Soedirman, pada 11 November 1945, pertempuran pun berlanjut selama berhari-hari. Dengan gerakan pengepungan rangkap ini sekutu benar-benar terkurung. Jenderal Soedirman sebagai pemimpin pasukan menegaskan perlunya mengusir tentara sekutu dari Ambarawa secepat mungkin. Sebab sekutu akan menjadikan Ambarawa sebagai basis kekuatan untuk merebut Jawa Tengah. Dengan emboyan ”Rawe-rawe rantas malang-malang putung, patah tumbuh hilang berganti”, pasukan TKR memiliki tekad bulat membebaskan Ambarawa atau dengan pilihan lain gugur di pangkuan ibu pertiwi.
Serangan pembebasan Ambarawa yang berlangsung selama empat hari empat malam dilancarkan dengan penuh semangat pantang mundur. Dari tanggal 12 Desember hingga 15 Desember 1945, para pejuang tidak menghiraukan desingan-desingan peluru maut lawan. Letusan tembakan sebagai isyarat dimulainya serangan umum pembebasan Ambarawa terdengar tepat pukul 4.30 WIB pada tanggal 12 Desember 1945. Pejuang yang telah bersiap-siap di seluruh penjuru Ambarawa mulai merayap mendekati sasaran yang telah ditentukan, dengan siasat penyerangan mendadak secara serentak di segala sektor. Seketika, dari segala penjuru Ambarawa penuh suara riuh desingan peluru, dentuman meriam, dan ledakan granat. Serangan dadakan tersebut diikuti serangan balasan musuh yang kalang kabut.
Editor : Arsyad*
Sekira pukul 16.00 WIB, Jalan Raya Ambarawa – Semarang berhasil dikuasai TKR dan pengepungan musuh dalam kota Ambarawa berjalan dengan sempurna. Terjadilah pertempuran jarak dekat. Musuh mulai mundur pada tanggal 14 Desember 1945. Persediaan logistik maupun amunisi musuh sudah jauh berkurang. Akhirnya, pasukan sekutu mundur dari Ambarawa sambil melancarkan aksi bumi hangus pada tanggal 15 Desember 1945, pukul 17.30 WIB. Pertempuran berakhir dengan kemenangan gemilang dari TKR. Benteng pertahanan sekutu yang tangguh berhasil direbut pasukan TKR. Kemenangan pertempuran Ambarawa pada tanggal 15 Desember 1945 dan keberhasilan Panglima Besar Jenderal Soedirman ini kemudian diabadikan dalam bentuk monumen Palagan Ambarawa. TNI AD memperingati tanggal tersebut setiap tahun sebagai Hari Infanteri. Berdasar Keputusan Presiden RI No. 163/1999, Hari Infanteri kemudian diganti dengan nama Hari Juang Kartika.
Selamat Hari Juang Kartika TNI AD 🙏🏻